Minggu, Desember 21, 2008

Minggu, Desember 21, 2008 - No comments

The Girls of Riyadh


Versi asli buku ini diluncurkan dalam Bahasa Arab pada tahun 2005 dan secepatnya dilarang beredar di Saudi Arabia karena isinya yang mengehebohkan.
keberanian buku ini berlanjut bak nyala api di seantero pasar gelap Saudi dan menggemparkan hingga ke belahan Timur-Tengah lainnya.
Hingga kini, hak terjemahan atas buku ini telah terjual ke lebih dua puluh lima negara.

setiap minggu-setelah Shalat Jumat-seseorang tak dikenal mengirimkan email bersambung kepada para wanita yang melakukan chatting di sebuah group online di Saudi Arabia.
terdapat lima puluh email dalam setahun. isinya menhebohkan, kisah nyata kehidupan empat gadis Riyadh: Qamrah. Michelle, Shedim dan Lumeis. terlalu banyak hal yang mengejutkan hingga anda harus membaca isi buku ini untuk mengetahuinya.

pendeknya ini adalah kisah cinta empat gadis Riyadh. bagaimana mereka hidup di tengah-tengah poros kultur yang bertentangan dengan kebebasan yang mereka inginkan.
Kisah-kisah pahit yang harus mereka teguk karena patah hati, dikhianati atau perasaan kecewa diceritakan disini. terus terang setelah membaca novel ini rating yang akan kuberikan ***
bukannya merendahkan, tetapi untuk kisah-kisah seperti ini tidaklah menghebohkan bagi Indonesia. saya paham mengapa novel ini laris manis dan kontrovrsial, itu semua karena ia memang berupaya menjelaskan bahwa ada nilai-nilai budaya yang terlihat mengekang perempuan.
tapi tetap saja patut dibaca sebagai bahan pembelajaran bagi wanita-wanita kita meskipun dari keempat gadis ini memberikan nilai-nilai 'cukup berbeda' dengan yang (kupikir) harusnya dimiliki seorang wanita.

Kasihan juga jika harus berada di tempat mereka. dari yang bisa kubaca, nilai-nilai spiritual yang mereka punya begitu minimnya sehingga mempengaruhi pemahaman mereka sendiri. hingga akhirnya mereka pikir dengan seorang adam-lah dunia mereka bisa bercahaya.
padahal bahagia itu bisa kapan saja, dimana saja dan terserah bagaimana karena bahagia itu di hati bukan pada seorang pria, uang, kekayaan kebebasan dan hal hebat lainnya. seperti kutipan dibawah ini :

"Kebudayaan kita tergelincir dalam Lumpur dan sabun Masih kita melestarikan warisan Fir’aun dan Abu jahal Kita masih hidup dalam logika kunci dan gembok Melipat perempuan dalam gumpalan kapas Menguburnya dalam pasir Memilikinya seperti benda"

“Bagi mereka perkawinan adalah kematian bagi kebebasan, kreatifitas, dan persahabatan. Perkawinan adalah kesedihan, sesal dan duka cita…”

“Inilah tradisi kami, laki-laki selalu punya alasan untuk mejeng di depan perempuan, tetapi perempuan tidak mempuanyai hak yang sama…”


saya pribadi terkadang setuju dengan penulis :
"Sebenarnya pihak yang menghendaki revolusi dan kajian ulang atas taqlid (ketundukan secara buta) dan tradisi yang sakit akan mendapat dukungan lebih banyak dibanding pihak yang merasa menjaga nilai tetapi sebenarnya hanya melakukan pembenaran atas kesalahan-kesalahan…"
“Tiba-tiba aku berfikir tentang modernisasi dan efek-efeknya. Mungkin ini konsekuensi logis dan harga yang harus dibayar untuk sebuah perubahan. Tapi benarkah ada korelasi yang jelas antara ideologi materialisme dan perubahan prilaku? Di tengah kultur ketimuran yang mengedepankan kesantunan, apakah modernsasi tetap mampu memberikan akses. Atau terkadang kita sedang menangkap akses dan melepas inti. Kita telah menikmati degradasi. Yang kita puja sebagai perubahan…”

karena wanita sebenarnya memiliki hak yang sama dengan lelaki, hanya saja penjagaan kultur Saudi terhadap wanita yang dinilai sangat rapuh memang terkesan extreme.
tetapi harus kuakui aku sendiri agak salut dengan penjagaan nilai-niali ketimuran itu (tentunya yang tidak merugikan wanita). karena bayangkan saja jika masyarakat terpengaruh dan menghilangkan nilai-nilai yang mereka percayai, hm... gimana jadinya?
Di Indonesia misalnya dari laporan terakhir penelitian ternyata 63% wanita/remaja putri di Indonesia melakukan seks sebelum nikah! see?

gimana ya kalo para wanita-wanita Arab membaca "Jakarta Undercover"???
well, Setidaknya wanita-wanita Arab lebih terjaga dengan ikatan pernikahan daripada direndahkan dengan cara 'diperjual belikan'.



0 Comment: