Rabu, September 03, 2008

Rabu, September 03, 2008 - No comments

Ramadhan Impian

Jika boleh kukotak-kotakkan, mungkin ramadhan kali ini seperti diagram warna yang ada di program komputer. rutinitas kuliah masih dijalani. aktivitas dakwah insya Allah masih ditekuni. ibadah jalan, ngeblog jalan, tapi kurang jalan-jalan. hm.. subhanallah!! menikmati lelah dalam ramadhan-Mu. berkoalisi dengan letih dan problem yang bersilaturahmi setiap hari tuk capai kata sepakat, tetap semangat!

entah mengapa (alhamdulillah) ramadhan ini lebih hidup dari biasanya. ibadah terasa ringan, tilawah lebih khusyu, dhuha (meski masih harus berbagi dengan kuliah) tetap lancar. Tips-nya? cuma bersikap lebih adil dan real terhadap diri!
dulu mengusung target setinggi langit, hingga tilawah dibalap-balap, lail di-over-panjangkan, tidur di-sebentar-kan, akhirnya belum separuh ramadhan dah berguguran apalagi kalau sudah dapat tamu bulanan, rasa lelah karena ibadah meminta jatah istirahat sampai-sampai sakit bertubi-tubi (keterlaluan!)

Sekarang harus lebih adil. target ibadah disesuaikan dan berfokus pada ruh bukan kuantitas. awalnya kedengaran seperti ibadah di hari biasa, gak ada semangat berlomba-lomba meraih pahala. tapi setelah dijalanin, alhamdulillah setiap hari segar luar biasa! konsep tawazun emang gak pernah salah... jangan sampai terlalu mengejar target yang selangit lalu melupakan kondisi fisik, kekhusyuan ibadah dan aktivitas yang menyita. yang penting ramadhan harus LEBIH istimewa. pengejewantahan pengabdian kita pada-Nya haruslah seoptimal mungkin, bersegera dalam kebaikan dan tetap semangat (muter-muter gitu ya!)


perencanaan ini saya yakini masih jauh dari sempurna karena nyatanya ramadhan kali ini menuntut lebih! mungkin karena bertrabkan dengan siklus lima tahunan Indonesia. banyak program yang harus dijalankan dan tentunya disukseskan. Mulai dari amanah besar di kepanduan hingga yang paling kecil di kelurahan.


dan kumulai juga dari yang paling kecil, mengamati, menganalisa dan melihat sejauh mana umat ini telah berada. dari sudut pandang politik -meski belum sepenuhnya terkalkulasi- masyarakat di kelurahan mungkin akan menjadi musuh yang nyata. karena pembesar-pembesar Matahari dan Beringin bercokol disana. dari segi ibadah, masya Allah... ada beban tanggung jawab yang besar disana. shaf tarawih yang berjarak hampir setengah meter, manusia yang lalu-lalang sembarangan di depan jamaah yang masih shalat, dan ajaran tarekat yang begitu mendarah daging dalam kehidupan mereka. huffff... berat memang! tapi insya Allah sampai saat ini masih optimis.


Lalu yang paling besar? jelas ini yang paling menakutkan! banyak hal yang harus dipertimbangkan, dipelajari, dipersiapkan, dikomunikasikan. meski sebenarnya bukan itu yang menjadi masalah sensitif karena Insya Allah jika bersungguh-sungguh melakukannya kita bisa menjalaninya. yang memberatkan adalah persetujuan orang tua. beda idealisme dan nomor pada pilpres nanti terkadang membuat jurang diantara kami. Dakwah keluarga memang masih jauh dari rampung. terkadang masih berdiskusi bagaimana menghadapi mereka yang bertarekat ketat plus beringin maniak dengan cara yang lebih ahsan, sopan dan lemah lembut jika selalu diseret pada perdebatan panjang.


Dan tugas yang lain? Kuliah! hamdan syukran lillah.... untuk semester tujuh yang total sksnya 20 ini tidak terlalu menegangkan. jadwalnya juga cukup flexible dengan kegiatan lain dan ibadah ramadhan. semoga menjadi semester terakhir dan bisa lebih semangat dalam menyusun skripsi. meski berat meninggalkan setumpuk amanah untuk menjayakan sastra tapi apa boleh buat? semester ini perjuangannya harus lebih ekstra lagi, terserah mau berbenturan dengan segala organisasi...


Dan itulah ramadhan... Kasih Rabb bertebaran dimana-mana. dan mestinya kita meraihnya. mungkin untuk lebih khusyu amalannya atau untuk kekuatan menghadapi problematika dakwah. moga kita semua meraih indahnya Ramadhan impian dengan menjaga kesucian, adab beramal, berukhuwah bahkan adab berikhtilaf sekalipun! Allahu Akbar Walillahil hamd...



Tulisan ini meski cuma sekali dan tidak berbentuk diari tapi terinspirasi dari tulisan Diari Ramadhan Si Sultan Hamengkubuwono (AKU MENAPAK! AKU INGIN MATI MUDA) well, gak sebagus bahasa si Bapak Ketua FLP ini tapi moga bisa juga menginspirasi. Ada yang bilang tulisan itu lebih abadi ketimbang sentilan ide kecil di kepala yang dilenakan waktu dan terhapuskan oleh sejuta rutinitas. Ia bisa jadi sebuah titik yang kan merekam sudah sedewasa dan sebijak apakah kita.

0 Comment: