Selasa, Agustus 28, 2007 -
Untold Story
No comments


Cerita Menanti
Dari jauh sayup adzan maghrib terdengar . basuh basahi sucikan dirinya. senyum itu jarang benar terlepas dari sunggingannya, menemani langkah cepatnya menyusuri setapak-setapak berkeril kecil. tiada lelaki yang mau menggodanya karena semua tahu : hatinya hanya untuk seorang lelaki.
DELIA, sebuah nama yang cukup indah bukan? seorang gadis yang tak pernah lupa menyinggahkan peraduannya di mesjid kampung kami. alasannya : lelaki itu. padahal lelaki itu tak pernah ada disini. entahlah....bagi sebagian wanita menanti ialah sebuah kesetiaan sejati, mungkin juga dengan Delia. katanya suatu saat nanti dia ingin sholat di mesjid kampung kami berimamkan lelaki itu.
"itu ji pae alasanmu shalat disini na ada ji mesjid depan rumahmu..Lia?"
"iye mungkin mi..."
meski tak benar-benar mengaku, tetapi tak ada yang perlu dipertanyakan lagi, Delia memang menanti lelaki itu.
"kalo misalnya lamapi baru pulang?"
"hm..."
"ih...masa'ko mo jadi perawan tua!?"
"sudahmi, jangki bilang begitu deh...."
orang-orang senang sekali meledeknya, menguji janjinya. dan Delia...sebenarnya ia pun merasa tidak nyaman hanya saja ia tak mau bilang-bilang apa-apa. biar saja celoteh itu tetap dalam hati.
--------
Dan penantian itu semakin panjang hingga orang-orang tlah lupa bahwa delia masih menyimpan cinta. dan lalu mereka juga sudah lupa bahwa lelaki itu pernah ada
"Kira-kira apa na kerja itu disana di' ?"
"Ah? Siapa numaksud Del?"
"ah...anu...."
"Oh..de'e masih ko ingatki Delia? kalo saya itu kulupakanmi..., kaya' tommi dia ji laki-laki"
"hm...."
"Delia?"
"ye...?"
"Bagaimanami kalo pulangki na...adami istrina, tidak sakit hati jako?"
DEG!!! Delia tertohok, dia tak pernah berfikir hal semacam ini sebelumnya padahal hal itu mungkin saja. banyak tetangganya yang pergi ke luar kota dan pulang dengan anak dan istrinya. lalu apakah lelaki itu akan melakukan hal yang sama?
----
Dan hari itu tiba. orang-orang cemas jika delia tahu apa yang terjadi. lelaki itu telah pulang. beberapa orang mulai berbicara meski lidah terasa kelu.
"Delia....pulangmi. tapi...."
"jammaki merasa tidak enak... kutau mi...."
"ih..tapi tidak apa-apa jako?"
Delia diam. lama. kemudian ia tersenyum sekilas. sambil berdiri dengan terus tersenyum seperti itu, ia mencoba berkata tapi ia menggigit bibirnya
"Insya Allah tidak apa-apaja'!" lalu pergi
----
Maghrib menjemput langit sore lagi. dan masih menunggu Delia. ketakutan warga bahwa Delia takkan lagi shalat di mesjid kampung semakin menjadi. Delia pasti sakit hati. selang 6 tahun menunggu kepulangan lelaki itu, ternyata lelaki itu telah beristri.
dan ketakutan warga tak benar-benar terbukti... Delia kembali ke tempat sujudnya selama 6 tahun. dia telah lebih mencintai mesjid ini dari detik-setik penantiannya. Delia HANYA mencintai lelaki itu tanpa pengharapan lebih karena ia lebih mengerti bahwa segala harapnya ia labuhkan dalam doa-doanya. doa-doa yang penuh syukur bahwa ia terlahir untuk bisa mencintai. meski ia tak pernah bisa dicintai ileh lelaki pemuja materi hanya karena sebelah mata dan kakinya cacat!!
Terkadang sebuah ketegaran tak mampu bersanding dengan senyuman, dan itu tak kudapati dalam diri Delia. Memang tak semua wanita sempurna tapi mereka selalu sempurna karena lembut hati dan akhlaknya
0 Comment:
Posting Komentar